Wednesday, September 1, 2010

Adikku

 

“Duk!” Aduh, sakit nih. Siapa sih yang iseng lempar-lempar bola? Menengok ke kiri dan kanan, kulihat adikku Michael tertawa lebar ke arahku. Tanpa memperdulikan adikku, aku kembali membaca buku biologiku. Besok ada ulangan dan aku masih harus membaca dua bab lagi.

“Pok…Pok…!”, kurasakan tepukan di punggungku. 

Belum lagi sempat menoleh, Michael sudah bergayut di punggungku.

“Kuda…kuda… ayo jalan!” begitu teriaknya gembira.

Aduh, bete nih diganggu terus.

“Bu!” teriakku memanggil ibu.

“Adik nih, nakal ganggu aku belajar!” teriakku kesal.

Sambil melotot kupandangi adikku. Sepertinya dia mengerti kalau aku sedang marah karena senyumnya langsung hilang dari mukanya. Kuhentakkan kaki di depannya lalu berbalik masuk ke kamarku. Sayup-sayup kudengar suara Michael terisak menangis. Tetapi aku bergeming, biar, biar dia tahu kalau aku kesal padanya.

Sudah dua hari ini aku tidak bertegur sapa dengan Michael. Setiap kali dia memanggil atau mendekatiku selalu aku tanggapi dengan dingin. Beberapa kali malah kupelototi dia. Aku masih kesal dengan kejadian dua hari lalu. Huh….

Siang tadi sepulang sekolah kudapati rumah sepi. Tidak ada teriakan Michael seperti biasanya kalau menyambut aku pulang sekolah.

“Michael menginap di rumah tante Laura”, jawab ibuku saat kutanya.

Asyik pikirku, hilanglah gangguan itu! Sehari, dua hari, aku sangat menikmati kesendirianku. Tetapi mulai hari ketiga, aku merasakan ada yang hilang. Ah, biasanya ada tawa gembira Michael, ada teriakkannya saat ku pulang sekolah, atau tepukan sayang di bahuku saat belajar. Ku coba menyibukkan diri, tapi harus kuakui aku merindukan kehadiran Michael.

Tujuh hari sudah Michael menginap di rumah tante Laura dan kurasakan rasa sepiku makin menjadi. Ku minta ibu menjemput Michael pulang.

“Kenapa?” tanya ibu.

“Bukannya kamu senang bebas dari gangguan?” kembali ibu bertanya.

“Aku kangen Michael” kataku malu-malu.

Ibu tertawa lalu menjawab bahwa itu artinya aku sayang Michael.

“Tiap hari Michael selalu telepon dan bertanya apakah kamu masih marah padanya” lanjut ibu.

“Tidak, aku tidak marah lagi padanya” jawabku cepat.

“Aku sayang Michael hanya kadang aku kurang sabar padanya” lanjutku lagi.

“Michael juga sayang padamu dan berada dekatmu adalah cara dia menunjukkan rasa sayangnya” jelas ibu.

“Saling membutuhkan dan saling melengkapi, itulah arti saudara” lanjut ibu bijak.

Aku hanya mengangguk. Dalam hati aku berjanji untuk lebih sabar terhadap adikku karena kutahu, kami saling menyayangi.


-eka-

No comments:

Post a Comment